"Biarkan Kami Masuk !" Keluhan Mahasiswa, Pekerja, Pelajar Internasional Terhadap Pemerintah Jepang Di Saat Pandemi


Di era pandemi ini banyak sekali orang-orang yang mengalami nasib yang kurang beruntung. Ada beberapa dari mereka yang harus kehilangan pekerjaan. Ada juga yang terbaring lemas di rumah sakit karena terinfeksi. Saya hanya berdoa dan berharap pandemi ini cepat berakhir.

Dari sekian banyaknya orang yang bernasib kurang beruntung, disini penulis akan menceritakan sedikit beberapa dari nasib siswa, pekerja dan mahasiswa internasional yang masih belum bisa memasuki jepang.

Seperti yang kita ketahui beberapa orang di luar negara jepang masih belum bisa memasuki jepang dengan alasan ini dan itu. Salah satu contohnya adalah mahasiswa internasional.

Beberapa mahasiswa dari Italia mengeluh karena harus bangun jam 2 pagi untuk mengikuti kelas online yang diadakan oleh sekolahnya. Ini merupakan hal yang kurang baik. Selain mengganggu kesehatan fisik juga kesehatan mental.

Tapi mengapa jepang masih menutup negaranya dari orang asing? Selain kasus corona di jepang yang terus bertambah di beberapa prefektur, Mentri Perdangangan dan Industri Internasional, Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa cluster penularan bisa terjadi karena orang asing.

Lantas pernyataan tersebut menjadi bahan pembicaraan komunitas asing. Salah satunya akun twitter @StrandedOutJPN 

"Sekali lagi orang asinglah yang disalahkan. Pernyataan tersebut cukup menyesatkan" cuit akun tersebut.

Menurut penulis ada beberapa orang jepang yang masih menganut paham xenofobia. Hal ini juga diperkuat dari satu cuitan dari orang jepang berikut.

"Dilaporkan bahwa 828 orang telah terinfeksi di Tokyo, tetapi tidak ada kasus yang dilaporkan bahwa warga negara Jepang terinfeksi"

Sangat jelas sekali bahwa tweet sarkas ini mengarah ke orang asing. Bahwa secara tidak langsung 828 orang terinfeksi tersebut merupakan orang asing. Dan orang asinglah penyebab dari menyebarnya virus mutan ini. 

Namun cuitan tersebut dibantah langsung oleh orang jepang berikut

"Saya seorang teknisi laboratorium klinis yang melakukan test corona di Tokyo, tetapi hanya orang Jepang yang positif ! Tidak mungkin ada siapa-siapa ! Tolong berhenti membohongi !"

Hal ini sangatlah disayangkan karena masih ada beberapa orang jepang yang menganut xenofobia.

Japan's Double Standard

Keluhan mahasiswa internasional tidak hanya berupa keluhan omong kosong, tetapi mereka juga sering menghubungi pihak Delegasi negara masing-masing untuk mengatasi masalah.

Namun lagi-lagi mereka mendapat jawaban yang sama dan mengecewakan.

Di sisi lain pemerintah jepang malah akan membiarkan Olimpiade Tokyo tetap berjalan, dengan perlakuan spesial untuk para atlit dimana mereka dibebaskan dari karantina.

Hal ini mengundang banyak keluhan dan protes dari luar.

"Saya mengerti masuknya para atlit, tapi apa prioritasnya diatas pelajar internasional yang telah menghabiskan uangnya untuk menetap di jepang, dan telah membayar premi asuransi?"

Sekali lagi jepang mempunyai double standard.

Untuk lebih jelasnya teman-teman bisa baca sumber berikut 東京五輪関係者に甘く、留学生に厳しい日本政府のダブスタ

Masih banyak lagi beberapa keluhan dari mahasiswa, pelajar, pekerja Internasional yang tidak penulis cantumkan. 

Saya juga merasa pasti ada teman-teman disini merasakan hal yang sama. Tidak tahu kapan akan berangkat ke jepang. 

Teman-teman yang masih tertahan di negara masing-masing karena belum bisa berangkat ke jepang tolong lebih bersabar dan berdoa agar pandemi ini segera berakhir.

Jika ingin berdiskusi dan memberikan saran silahkan tinggalkan di kolom komentar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Apa Pekerjaan Konstruksi Di Jepang ? Berikut Jenis Beserta Penjelasannya

Mengenal "だいごかん / Daigokan" atau Panca Indra Dalam Bahasa Jepang

Perbedaan くれます、あげます、もらいます (kuremasu, agemasu, moraimasu) Dalam Penggunaannya